Ketika hujan menyapu sepi, tak mampu ikut menghanyutkan gundah.
Ketika matahari mencoba terangi hati, namun tetap saja benci merajai.
Entahlah kawan.. hati ini memang tak tahan sakit hati.
Sekali kau ucapkan kata-kata bak pisau itu, hati ini tersayat sampai pada palungnya..
Dalam sekali kawan.
Dan sekarang sulit sekali kuucapkan kata maaf atau memaafkan.
Itu yang kau kira mudah bukan??
Kini..Aku lebih suka kau yang tersapu sepi dibandingkan gundah yang dihanyutkan..
Aku pun lebih suka kata-kata benci daripada dirimu.
Bukankah itu yang kau suka kawan?
Aku kira kau sebaik yang aku pikirkan selama ini.
Kau membuatku tenang saat resah hinggap, namun ternyata kau terbahak-bahak tertawa saat resah itu menjangkiti jiwa ini.
Kau membuatku senang saat kau hadirkan semangat menggebu tuk lawan rasa sedihku, namun ternyata kau menangis melihat bahagiaku.
Inikah yang kau sebut TEMAN, kawan?
Ahh..kau sebenarnya lebih dari seorang teman.. aku menyayangimu..tapi tak begitu dengan kau..
Kau tak menerimau apa adanya sebagai seorang teman.
Kau yang menjatuhkanku saat aku bersigap naik ke atas puncak. Kukira kau kan bersamaku menggapai puncak itu.
Yang kupikirkan ternyata salah besar.
Yaa cukuplah sampai disini saja kau bilang aku adalah “TEMAN”..
Aku pun tak mengapa sahabatku sayang..
Setidaknya kau membuatku tersadar kalau kau tidaklah baik untuk dijadikan seorang teman...